Selasa, 24 April 2012

Abortus


Angka Kematian lbu (AKI) di Indonesia masih tinggi. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup. Ada 3 penyebab klasik kematian ibu yaitu perdarahan, keracunan kehamilan dan infeksi. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 15-50% kematian ibu disebabkan oleh abortus. Abortus berdampak perdarahan atau infeksi yang dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, kematian ibu yang disebabkan abortus sering tidak dilaporkan dalam penyebab kematian ibu, tapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Abortus dapat terjadi secara tidak sengaja maupun disengaja.

Pengertian Abortus

Beberapa pengertian menurut:
  1. Eastman: terputusnya kehamilan, fetus belum sanggup hidup di luar uterus, berat janin 400-1000 gram, umur kehamilan kurang dari 28 minggu;
  2. Jeffcoat: pengeluaran hasil konsepsi kurang dari umur kehamilan 28 minggu, fetus belum viable by law, dan
  3. Holmer: terputusnya kehamilan kurang dari umur kehamilan 16 minggu, proses plasentasi belum selesai.
Kesimpulannya:
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, berat janin kurang dari 500 gram dan umur kehamilan kurang dari 20 minggu.

Insidensi Abortus

Angka kejadian abortus yaitu 15 persen diketahui secara klinis, 30-45 persen dideteksi dengan beta-hCG assay yang peka. Prevalensi kejadian abortus mengalami peningkatan sesuai dengan umur ibu yaitu 12 persen wanita usia kurang dari 20 tahun dan 50 % lebih adalah wanita usia lebih dari 45 tahun.

Etiologi Abortus

Penyebab terjadinya abortus antara lain:
  1. Faktor kelainan ovum: degenerasi hidatid villi;
  2. Faktor ibu: penderita anomali kongenital, kelainan letak uterus, kurangnya persiapan uterus, distorsio uterus, peregangan uterus terlalu cepat (kehamilan mola, gemeli);
  3. Gangguan sirkulasi plasenta: penderita nefritis, hipertensi, toksemia gravidarum, anomali plasenta;
  4. Penyakit ibu: penyakit infeksi, keracunan, malnutrisi, gangguan metabolisme, penyakit kardiovaskuler;
  5. Faktor embrionik;
  6. Kelainan kromosom;
  7. Antagonis rhesus;
  8. Korpus luteum terlalu cepat atrofi atau faktor serviks;
  9. Rangsangan kontraksi uterus: laparotomi, terkejut, uterotonika, dan
  10. Faktor bapak: umur, penyakit kronis (TBC, anemi, jantung, keracunan, malnutrisi).

Patologi Abortus

Abortus terjadi karena adanya perdarahan desidua basalis yang berdampak terjadi nekrosis jaringan sekitar sehingga sebagian atau seluruh hasil konsepsi keluar dan menyebabkan uterus menjadi berkontraksi. Hasil konsepsi kurang dari umur kehamilan 8 minggu dapat keluar seluruhnya, sedangkan hasil konsepsi dengan umur kehamilan 8–14 minggu maka hasil konsepsi keluar sebagian atau seluruhnya. Pengeluaran hasil konsepsi umumnya ditandai dengan perdarahan.

Klasifikasi Abortus

Abortus dapat diklasifikasikan menjadi:
  1. Abortus spontan;
  2. Abortus provokatus;
  3. Abortus kompletus (keguguran lengkap);
  4. Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap);
  5. Abortus insipiens (keguguran berlangsung);
  6. Abortus iminens (keguguran mengancam);
  7. Abortus tertunda (missed abortion), dan
  8. Abortus infeksius dan abortus septik.

Abortus spontan

Abortus spontan adalah abortus tidak disengaja, alami.

Abortus provokatus

Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja. Abortus provokatus dapat dibagi menjadi:
  1. Abortus medisinalis (abortus therapeutica), yaitu abortus yang dilakukan karena indikasi medis misal, penyakit jantung, hipertensi, Ca servik;
  2. Abortus kriminalis, yaitu abortus yang dilakukan karena tindakan legal tanpa indikasi medis.

Abortus kompletus (keguguran lengkap)

Abortus kompletus (keguguran lengkap) adalah abortus yang hasil konsepsi (desidua dan fetus) keluar seluruhnya.
Tanda klinis: rasa nyeri dan perdarahan telah berhenti, ostium tertutup, uterus mengecil, rongga rahim kosong
Terapi: pemberian uterotonika

Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap)

Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap) adalah abortus yang sebagian hasil konsepsinya telah keluar, tetapi desidua atau plasenta masih tertinggal.
Tanda klinis: amenore, nyeri perut, perut mules, pedarahan sedikit/ banyak, keluar jaringan/ fetus, servik terbuka
Terapi: pemberian cairan, digital dan kuretase, uterotonika, antibiotik

Abortus insipiens (keguguran berlangsung)

Abortus insipiens (keguguran berlangsung) adalah abortus yang sedang berlangsung, tidak dapat dipertahankan.
Tanda: perdarahan banyak, ostium terbuka, ketuban teraba, berlangsung beberapa jam, nyeri perut
Komplikasi: kematian ibu, infeksi
Terapi: terminasi kehamilan, pemberian cairan, digital dan kuretase, uterotonika, antibiotik

Abortus iminens (keguguran mengancam)

Abortus iminens (keguguran mengancam) adalah keguguran yang mengancam dan dapat dipertahankan.
Tanda: ostium tertutup, tinggi fundus uteri sesuai umur kehamilan, perdarahan bercak, nyeri perut bagian bawah
Terapi: bed rest total, obat hormonal, antispasmodika
Apabila perdarahan berlanjut, evaluasi kondisi kehamilan dan jika reaksi kehamilan 2 kali berturut-turut negatif maka dilakukan kuretase.

Abortus tertunda (Missed abortion)

Abortus tertunda (Missed abortion) adalah janin sudah mati, masih di dalam uterus dan tidak keluar 2 bulan atau lebih. Pada fetus yang mati dapat keluar sendiri, atau diresorbsi, mengering dan menipis, atau menjadi mola karnosa.
Tanda: amenore, perdarahan sedikit berulang warna cokelat gelap, fundus tidak bertambah tinggi, reaksi kehamilan negatif, servik tertutup dan ada sedikit darah, perut terasa dingin / kosong
Terapi: pemberian uterotonika, dilatasi dan kuretase, antibiotik
Komplikasi: hipo atau afibrinogenemia

Abortus habitualis (keguguran berulang)

Abortus habitualis (keguguran berulang) adalah keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
Etiologi: kelainan ovum/ sperma, faktor ibu (disfungsi tiroid, kelainan korpus luteum, plasenta, malnutrisi, kelainan anatomi, penyakit penyerta kehamilan)
Pemeriksaan: histerosalfingografi, BMR dan kadar iodium darah, psiko analisis
Terapi: pengobatan kelainan endometrium, kurangi/ hentikan kebiasaan buruk. Pada servik inkompeten dilakukan tibdakan operatif

Abortus infeksius dan abortus septik

Aborus infeksius adalah keguguran yang disertai dengan infeksi genital.
Abortus septik adalah keguguran yang disertai dengan infeksi berat, penyebaran kuman sampai peredaran darah/ peritonium.
Tanda: amenore, perdarahan, keluar jaringan
Tanda abortus septik: sakit berat, panas tinggi, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, syok
Pemerhksaan: kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan, tanda infeksi genital
Terapi: pemberian cairan, antibiotik, tindakan operatif

Komplikasi Abortus

Komplikasi abortus antara lain:
  1. Perdarahan (hemorrhage);
  2. Perforasi;
  3. Infeksi dan tetanus;
  4. Ginjal akut, dan
  5. Syok

Referensi

Azhari. 2002. Masalah Abortus dan Kesehatan Reproduksi Perempuan. Seminar Kelahiran Tidak Diinginkan (aborsi) Dalam Kesejahteraan Reproduksi Remaja. Palembang.
Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika. Hlm. 40-43.
Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hlm. 209-217.
Scoot, James. 2002. Danforth Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika. Hlm107-115.
Walsh, Linda. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta:EGC. Hlm: 447-450.
Image, zazzle.co.uk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar